Dilihat lewat fotonya, menurut kalian aku bagaimana? Aku tidak bisa bermain bekel. Ya, bermain bekel membutuhkan kecepatan dan kegesitan tangan.
Pada suatu hari, permainan bekel sangat populer di kelasku. Aku tak suka bermain pada saat itu. Aku lebih suka bermain kartu Plants VS Zombies.
Namun, pada keesokan harinya aku lupa membawa kartu. Terpaksa saja, aku ikut bermain bekel bersama kedua teman sebangku, yaitu Aulia dan Neni.
Aku sempat ditertawakan karena aku melempar bola saja tidak bisa. Namun, aku tidak marah kok ^_^ Soalnya, aku juga ikut tertawa, walaupun di dalam hatiku aku malu dan marah.
Permainan bekel masih populer saja. Aku sempat diajak Amel untuk bermain bekel berdua. Aku setuju, karena Amel akan mengajariku.
Saat kami sedang suit, datanglah Anang, teman laki-lakiku. Aku berkata pada Amel kalau Anang tidak boleh ikut. Tapi, Anang bilang, kalau dia sama-sama tidak bisa bermain bekel. Maka dari itu, aku mengizinkan Anang ikut.
Kami tertawa bersama-sama. Bukan hanya kami bertiga, namun juga ada Alftat dan Firza. Mereka menertawakanku. Kalau laki-laki yang tertawa sih, aku marah beneran.
Bel masuk berdering. Kami semua masuk ke dalam kelas. Lalu, aku berkata pada Neni dia membeli dimana bola bekelnya. Karena kami terlalu lama mengobrol, akhirnya kami memiliki ide untuk membeli bola bekel bersama. Namun, tahukah kalian, rumah kami jauh lho! Apalagi, aku dan Neni juga mengajak Elin, temanku yang lebih jauh lagi rumahnya.
Aku menulis paragraf ini keesokan harinya dari paragraf-paragraf diatas. Tadi, aku di sekolah sudah cukup mahir, dari pada yang kemarin ^_^
Sekian dulu, ya. Soalnya, aku udah bingung nih mau nulis apa lagi. Bye, friends!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar